Gelaran Indonesia Open 2019 baru saja berakhir. Gelar juara satu-satunya yang diraih Indonesia didapat dari nomor ganda putra lewat pasangan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon yang berhasil mengalahkan seniornya Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan. Dalam pertandingan final di Istora Gelora Bung Karno, Kevin/Marcus tampil prima dan berhasil menang dua gim langsung 21-19, 21-16 dalam waktu 28 menit.
Mengenal Teknologi Hawkeye dalam Bulutangkis |
Ada hal yang tidak biasa diawal perhelatan Indonesia Open 2019 kali ini. Teknologi hawkeye yang umum digunakan saat pemain meminta “challenge” ternyata tidak ada di hari-hari pertama turnamen. Ternyata hal ini akibatkan pihak BWF (Badminton World Federation) di Malaysia melakukan kesalahan pengiriman barang. Hawkeye yang seharusnya dikirim ke Indonesia dengan kode CGK namun ternyata teririm ke CKG (Chongqing Jiangbei International Airport) yang ada di China. Akibatnya teknologi ini baru bisa digunakan mulai saat pertandingan perempat final.
Teknologi Hawkeye Untuk Membantu Wasit Memutuskan Shuttle Masuk atau Keluar
Teknologi pembantu wasit dalam menentukan bola masuk atau keluar telah digunakan dalam berbagai bidang olahraga seperti tenis dan badminton. Hawkeye adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengamatan akurat titik jatuh shuttlecock di lapangan pertandingan. Teknologi ini biasanya dipasang di lapangan utama sebuah turnamen untuk membantu wasit dan pemain saat meminta challenge.
Sistem hawkeye dalam bulutangkis terdiri dari sejumlah kamera kecepatan tinggi yang terhubung satu sama lain ke sistem komputer terpusat melalui kabel serat optik. Gambar yang tangkap oleh kamera dianalisa oleh sistem komputer untuk mensimulasikan lintasan shuttlecock sehingga penentuan bola masuk atau keluar dapat diketahui dengan akurat.
Sistem Hawk-Eye dikembangkan di Inggris oleh Paul Hawkins. Sistem ini awalnya diimplementasikan pada tahun 2001 untuk pertandingan cricket di televisi. Sistem ini bekerja menggunakan enam (kadang-kadang tujuh) kamera berkinerja tinggi, yang biasanya diposisikan di bagian bawah atap stadion, yang melacak bola dari sudut yang berbeda. Teknologi ini memiliki tingkat akurasi akurat hingga 3,6 milimeter dan umumnya dipercaya sebagai pendapat kedua yang tidak memihak dalam olahraga. Di badminton teknologi ini berguna sekali saat pemain mempertanyakan keputusan hakim garis saat menentukan bola masuk atau keluar.
Cara Kerja Teknologi Hawkeye
Sistem Hawk-Eye didasarkan pada prinsip triangulasi menggunakan gambar visual dan data waktu yang disediakan oleh sejumlah kamera video berkecepatan tinggi yang terletak di lokasi dan sudut yang berbeda di sekitar area permainan. Sistem akan dengan cepat memproses tangkapan video dari kamera dan melacak bola/shuttlecock. Dalam setiap frame yang dikirim dari setiap kamera, sistem mengidentifikasi kelompok piksel yang sesuai dengan gambar bola. Kemudian ia akan menghitung posisi bola pada setiap frame dengan membandingkan posisinya pada setidaknya dua kamera yang terpisah pada saat yang bersamaan.
Sistem ini menghasilkan gambar grafis dari jalur bola dan area permainan, yang berarti bahwa informasi dapat diberikan kepada wasit, pemain, penonton dan pemirsa televisi dalam waktu cepat. Sistem pelacakan ini juga dapat dikombinasikan dengan database back-end sehingga memungkinkan untuk mengekstraksi dan menganalisis tren dan statistik keseluruhan dalam suatu pertandingan.
0 Komentar